Selamat Datang di www.terapinarkoba.com

Kami berpengalaman menangani KECANDUAN NARKOBA dengan metode MULTI TERAPI Insya Allah kecanduan narkoba dapat di pulihkan dalam waktu relatif singkat, hanya 2 bulan, bukan 6 tahun.
Sudah banyak pasien yang kami tolong, baik dari jawa maupun luar jawa / luar kota

SAKAW dll cepat di pulihkan.

Prosedur Pemulihan kecanduan narkoba bisa RAWAT JALAN dan TERAPI JARAK JAUH pasien tidak harus datang, bisa tetap sekolah, kuliah atau bekerja

SUDAH REHAB TAPI ANDA MASIH KECANDUAN JANGAN RAGU HUBUNGI KAMI


TABIB MASRUKHI,MPA

Telp : 0823 3222 2009


GARANSI >>> klik disini

Catatan : Pecandu Narkoba sangat tergantung dengan peran serta orang tua / keluarga. Karena itu segera lah berobat sebelum semuanya terlambat, kematian atau cacat seumur hidup.

yang perlu di lakukan orang tua terhadap seorang anak pecandu Narkoba ?
1. Bila pecandu ingin Lepas dari ketergantungan narkoba maka segera di obati
2. Bila pecandu belum ada keinginan Lepas dari ketergantungan narkoba maka tetaplah motivasi untuk segera diobati atau setidaknya minum obat ramuan kami dengan harapan pasien merasakan manfaat nya selanjutnya ada kesadaran untuk di pulihkan secara tuntas.

Demikian semoga bermanfaat

MEKANISME DETOKSIKASI LOGAM BERAT DALAM TUBUH MANUSIA

Labels:

Tanpa kita sadari bahaya logam berat tidak saja mengancam di daerah-daerah seputar tambang emas. Logam berat seperti arsen mengancam dari balik pestisida, pupuk inorganik, asap rokok, racun tikus, pengawet kayu, bahkan dari sumur sebagai sumber air minum; sedangkan merkuri bersembunyi di balik tambal gigi konvensional yang dikenal dengan amalgam, termometer, termostat, cat lateks, cat anti jamur, baterai, jeli spermisida, tinta tato dan produks vinil klorida, baterai, layar LCD telefon genggam, tv dan komputer.

Pada dasarnya tubuh kita membuat perubahan adaptif yang penting ketika terpapar pada logam-logam berat yang reaktif terhadap sulfhidril (gugus tiol), seperti arsen, merkuri dan kadmium. Mekanisme kerusakan yang diinduksi logam berat terutama adalah produksi radikal bebas yang mengubah aktivitas mitokondria dan informasi gentik pada DNA. Metabolisme dan eksresi logam-logam berat ini bergantung pada kehadiran antioksidan dan tiol yang membantu reaksi metilasi.  S-adenosil-metionin, asam lipoat, glutation, selenium, seng, N-asetilsistein (NAC), metionin, sistein, alfa tokoferol, dan asam askorbat mempunyai peran-peran khusus dalam mengurangi toksisitas logam-logam berat.

Detoksikasi Merkuri

Merkuri ditemukan dalam lingkungan dalam tiga bentuk dasar : merkuri elemen atau uap merkuri, merkuri inorganik, dan merkuri organik (etil, metil, alkil, atau fenilmerkuri). Masing-masing bentuk mempunyai profil toksikologis dan nasib metabolik sendiri-sendiri. Merkuri elemen dapat dimetilasi oleh mikroorganisme dalam tanah dan air menjadi metilmerkuri organik, bentuk yang ditemukan dalam ikan, fungisida, dan pestisida. Merkuri elemen dan metabolitnya mempunyai efek toksik yaitu mendenaturasi protein biologis, menghambat ensim, dan mengganggu transport pada membran dan neurotransmitter.

Merkuri dapat menyebabkan kerusakan biokimiawi jaringan dan gen melalui berbagai mekanisme seperti mengganggu homeostasis kalsium intraseluler, mengganggu potensial membran, mengubah sintesis protein, dan mengganggu jalur asam amino dalam sistem syaraf pusat. Kerusakan mitokondria, peroksidasi lipid dan perusakan mikrotubul dan akumulasi neurotoksis dari serotonin, aspartat, dan glutamat semuanya adalah mekanisme neurotoksik metilmerkuri. Dari waktu ke waktu, metil merkuri dan merkuri elemen dalam otak ditransformasikan menjadi merkuri inorganik, dan menjadi terikat kuat dengan protein yang mengandung gugus tiol (sulfihdril) misalnya glutation, sistein, albumin, dll.  Pengikatan dan disosiasi kompleks tiol-merkuri dipercaya mengendalikan pergerakan merkuri dan efek toksiknya dalam tubuh.

Molekul-molekul endogen yang mengandung tiol tersebut semuanya mengandung atom-atom sulfur yang tereduksi dan menentukan nasib biologis dari senyawa merkuri dalam tubuh.  Kompleks metilmerkuri dan sistein dapat bertindak sebagai “mimik molekuler” bagi asam amino metionin dan mendapat jalan masuk ke sistem syaraf pusat melalui mekanisme yang sama yang digunakan metionin untuk melintasi penghalang darah-otak. Konsentrasi tiol yang tinggi kelihatan melindungi terhadap akumulasi merkuri.

Detoksikasi Arsen

Pemaparan pada arsen telah dikaitkan dengan penyakit kardiovaskuler dan diabetes. Satu penelitian epidemiologis di Bangladesh di mana toksisitas arsen telah menjadi endemi sebagai hasil kontaminasi air minum memperlihatkan prevalensi hipertensi. Pemaparan kronis selain itu diasosiasikan juga dengan anemia, neuropati periferal, kerusakan hati dan ginjal, dan iritasi kulit dan membran mukosa. Arsen inorganik berikatan dengan gugus sulfhidril dari protein, khususnya keratin, terdeposit pada kulit, rambut dan kuku. Pemaparan pada arsen inorganik telah dikaitkan dengan keratoris, karsinoma sel-sel skuamosa kulit, dan karsinoma sel basal. Selain itu dikaitkan juga dengan karsinoma hepatoseluler, angiosarkoma, sirosis, dan sklerosis hepatoportal.

Arsen di alam berada dalam bentuk inorganik dan organik. Bentuk organik yang terakumulasi pada ikan dan kerang-kerangan, yaitu arsenobetaine dan arsenokolin, pada intinya adalah nontoksik. Bentuk inorganik, yaitu arsen trioksida dan arsenat/arsenit adalah yang berbahaya bagi kesehatan manusia.  Arsen dapat dengan mudah diabsorpsi, 40-60 persen jika terhirup dan kira-kira 95 persen jika tertelan. Arsen terdistribusi dan disimpan dalam semua jaringan dalam tubuh dan dimetabolisasi untuk dieleminasi melalui dua proses yang berurutan. Pertama adalah reaksi oksidasi/reduksi yaitu arsenat menjadi arsenit dan arsenit menjadi arsenat. Glutation diketahui membentuk kompleks dengan arsen dan memperantarai reduksi arsenat menjadi arsenit. Kompleks glutation ini dapat dieliminasi dalam empedu dan korelasi yang positif telah ditemukan antara glutation dan kandungan arsen dalam empedu.

Tahap kedua adalah metilasi, yang terjadi terutama dalam hati, memerlukan s-adenosymetionin (SAMe) dan mungkin donor metil lainnya (kolin, sistein, glutation, dan asam lipoat tereduksi) untuk menghasilkan asam monometilarsinik (MMA) dan asam dimetilarsinik (DMA). Baik MMA dan DMA ditemukan dalam urin manusia dan diperkirakan sebagai produk akhir dari metabolisme arsen. Karena DMA dihilangkan dari sel lebih cepat dibandingkan MMA atau arsen inorganik, dan metilasi mengurangi jumlah arsen yang tertahan dalam jaringan oleh peningkatan kelarutan arsenit dalam air, metilasi dianggap oleh beberapa peneliti sebagai mekanisme detoksikasi. Peneliti lainnya tidak sepakat karena MMA mungkin merupakan bentuk arsenik intraseluler yang paling toksik karena kemampunannya menginduksi inhibisi ensim, stres oksidatif, dan kerusakan DNA. Dengan demikian, metilasi hanyalah satu cara utnuk mentransformasi arsen dan bukannya mendetoksikasinya. Jaringan kulit dan paru-paru tidak mampu mengubah MMA menjadi DMA secara efisien seperti halnya jaringan lainnya dan tempat-tempat inilah adalah sisi spesifik kanker yang diinduksi oleh arsen. MMA dan DMA juga telah diperlihatkan membentuk kompleks dengan glutation dan protein sulfhidril lainnya sehingga menghasilkan inhibisi ensim dan kerusakan sel. Metilasi arsen adalah topik perdebatan yang menarik dalam bidang toksikologi karena kemampuan untuk melakukan metilasi dan eliminasi arsen dipengaruhi oleh nutrisi, gender, gaya hidup, dan polimorfisme genetika individu. Kelihatannya ada variasi individu yang signifikan dalam kemampuan untuk melakukan metilasi arsen. Individu yang kurang gizi yang terpapar pada kadar arsen tinggi kurang mampu melakukan metilasi dan lebih beresiko pada gejala dan penyakit akibat toksisitas arsen dibandingkan individu dengan asupan gizi yang cukup. 

Mengenal Glutation

Glutation adalah senyawa tripeptida – rantai dari tiga asam amino – yang terdiri dari sistein, glisin, dan asam glutamat, yang ditemukan dalam jaringan sel manusia dalam jumlah yang banyak.  Oleh beberapa peneliti, glutation disebut sebagai master antioksidan. Sebagai hasil dari pengikatan logam berat pada glutation dan selanjutnya mengeliminasi glutation intraseluler, kadar glutation yang tereduksi menjadi rendah dalam beberapa tipe sel tertentu jika terpapar pada semua bentuk logam berat. Eritrosit dan jaringan ginjal ditemukan secara signifikan menurunkan kadar glutation tereduksi yang merupakan sumber utama proteksi oksidan.

Kadar glutation kita dalam tubuh bergantung pada ketersediaan tiga asam amino tersebut di dalam tubuh. Glutamat dan glisin lazimnya tersedia kebanyakan makanan kita tetapi sistin terutama berasal dari telur, susu dan keju. Tetapi ketika dalam memasak telur dan proses yang digunakan untuk pasteurisasi susu dan pembuatan keju, komposisi sistin berubah menjadi sistein. 

Dalam proses pemanasan ataupun pasteurisasi ikatan disulfida dari protein yang sebetulnya dibutuhkan untuk bioaktivitas menjadi rusak. Sistein – sebagai asam amino bebas – berpotensi toksik dan secara spontan dikatabolisasi dan dihancurkan dalam saluran pencernaan dan plasma darah. Sistin sendiri dalam bentuk sistein dipeptida masuk ke dalam darah dalam bentuk utuh dan menyumbangkan dua molekul sistein dalam sel, di mana kemudian sistein ini digunakan untuk membentuk glutation. 

Tanpa glutation, antioksidan lain seperti vitamin C dan E tidak dapat bekerja dengan baik dalam melindungi tubuh melawan penyakit. Tempe, makanan tradisional kita menyediakan 36,4% kebutuhan riboflavin (vitamin B) sehari-hari dari 4 ons tempe. Riboflavin adalah kofaktor dalam regenerasi glutation dalam hati. Selain itu juga tempe mengandung asam-asam amino esensial yang dibutuhkan untuk mendukung pembetukan glutation dalam tubuh. Sumber protein dan asam amino lainnya yang dapat meningkatkan kadar glutation dalam tubuh adalah asparagus, brokoli, alpukat, bayam, telur mentah, bawang putih, daging mentah dan protein whey. Protein whey (dadih atau biangnya susu yaitu susu murni yang dipekatkan) yang tidak terdenaturasi adalah sumber utama sistin. Dalam whey terdapat banyak protein kecil seperti : beta-laktoglobulin, alfa-laktalbumin, imunoglobulin, glikomakropeptida, bovin serum albumin, peptida-peptida minor seperti laktoperoksidase, lisosim, dan laktoferin. 
Dalam serum albumin, ada 17 residu sistin, 6 dipeptida glutamilsistin; dalam laktoferin ada 17 residu sistin, 4 dipeptida glutamilsistin; dalam alfalaktalbumin ada 4 residu sistin. Ketersediaan sistein sebagai prekursor menentukan berapa banyak glutation yang akan disintesis oleh sel. Jika kadar sistein menurun, tubuh akan mengkonversi metionin menjadi sistein, tetapi dengan begitu sistem tubuh kita akan kekurangan metionin yang dibutuhkan untuk membuat protein.

Peran Glutation dalam Detoksikasi Logam Berat

Merkuri, arsen dan beberapa logam berat lainnya menghasilkan hidroksil radikal yang sangat toksik akibat pecahnya hidrogen peroksida, yang selanjutnya menghabiskan simpanan glutation. Ada bukti bahwa habisnya glutation dapat menyebabkan kerusakan neurologis; kadar glutation yang rendah telah ditemukan pada penyakit Parkinson.
Glutation, sebagai pembawa logam berat dan juga sebagai antioksidan, mempunyai tiga peran khusus dalam melindungi tubuh dari toksisitas logam berat terutama merkuri. Pertama, glutation, khususnya berikatan dengan metilmerkuri, membentuk satu kompleks yang mencegah merkuri berikatan dengan protein-protein sel dan menyebabkan kerusakan ensim dan jaringan. Kompleks glutation-merkuri juga mengurangi kerusakan intraseluler dengan mencegah merkuri selanjutnya masuk jaringan sel dan menjadi toksin intraseluler. Kedua, kompleks glutation-merkuri ditemukan dalam hati, ginjal dan otak, dan kelihatan menjadi bentuk utama di mana merkuri ditransportasikan dan dieliminasi dari tubuh. Ketiga, glutation meningkatkan kapasitas antioksidan dari sel, menyediakan perlawanan terhadap hidrogen peroksida, oksidan, hidroksil yang radikal, dan lipid peroksida yang dihasilkan oleh merkuri dan logam berat lainnya.

Toksisitas kadmium, arsen, dan merkuri semuanya melibatkan jalur kerusakan sel yang serupa. Semuanya mempunyai afinitas yang kuat pada ligan yang mengandung sulfidril dan masing-masing menghabiskan simpanan glutation tereduksi di dalam tubuh. Glutation diperlihatkan mempunyai faktor signifikan dalam mobilisasi dan pengeluaran logam berat, khususnya merkuri, kadmium, dan arsen.