MAKKAH
– KabarNet: Pandit bane Musalmaan, 42 tahun, warga negara India, duduk
dengan pulpen dan pikiran penuh dengan sesuatu. Ia menulis kisah
hidupnya, Pandit bane Musalmaan nama panggilan di tempat kelahirannya,
ia sebelumnya adalah seorang Pendeta Hindu dari India yang memeluk
Islam. Namanya pun berganti Abdur Rahman.
Warga negara India ini bekerja sebagai
penjaga toko di Saudi Bin laden BTAT, pada Proyek King Abdul Aziz
Endowment, salah satu perusahaan konstruksi yang menangani proyek di
sebrang masjidil Haram Mekkah.
Sebelum datang ke Jeddah dan memeluk
Islam, Abdur Rahman dikenal sebagai Sushil Kumar Sharma. Kampung
halamannya di Amadalpur, sebuah desa kecil di Haryana, negara bagian
India sebelah utara. Ia lahir dalam keluarga Hindu ortodoks dengan
keistimewaan memimpin ritual keagamaan di kuil desa.
Saat tinggal di tempat penampungan
perusahaan di Jeddah, seorang kawan memberinya beberapa buku Islam dalam
bahasa Hindi. Ia kemudian dipindahkan ke Riyadh untuk bekerja pada
sebuah proyek di kampus perempuan Universitas Putri Noura. “Di tempat
penampungan itulah saya bertemu sejumlah Muslim dari India dan Pakistan
yang menjelaskan tentang agama Islam kepada saya,” tutur Sharma.
Salah satu di antara mereka adalah
sahabat karib Sharma. Namanya Salim, berasal dari Rajasthan—sebuah
negara bagian di barat laut India. Mereka berdua tinggal dalam satu
kamar. Saat-saat senggang, Salim menceritakan kisah-kisah nabi dalam
Islam dan membacakan hadis Rasulullah SAW. “Hati saya bergetar.
Dan saya mulai bertanya-tanya pada diri sendiri. Apa yang akan terjadi
padaku setelah mati? Apakah aku akan masuk neraka selamanya karena
dosa-dosaku? Saya takut dengan azab kubur bagi orang-orang berdosa dan
kafir,” ungkap Sharma.
Ia pun mulai menghabiskan malam tanpa
dapat memejamkan mata. Ia merasa sudah waktunya untuk memeluk Islam dan
menjadi seorang pengikut Nabi Muhammad yang setia. Akhirnya, pencarian
panjang Sharma akan kebenaran menemui ujungnya. “Keesokan harinya, saya
mengungkapkan niat untuk memeluk Islam kepada Salim dan rekan-rekan lain
di penampungan. Ada sorak kegirangan di tempat kerja kami. Semua orang
bahagia, mereka mengucapkan selamat dan memelukku,” kenang Sharma.
“Bagi saya, Islam itu adalah sistem
persaudaraan universal yang tidak mengenal kasta, perbedaan, warna
kulit, atau ras. Inilah yang membuat saya tertarik pada Islam,” ujarnya.
Esok harinya, digelar pertemuan dengan
para anggota Kantor Koperasi untuk Panggilan dan Bimbingan di Al-Batha,
Riyadh. Imam masjid di penampungan menuntun Sharma mengucapkan dua
kalimat syahadat. “Saya mengucapkan dua kalimat syahadat dengan sepenuh
hati, menerima Allah sebagai Tuhan dan Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya.
Imam masjid juga menyarankan saya untuk mengganti nama menjadi Abdur
Rahman. Saya pun menerimanya,” kenang Sharma.
Setelah itu, Sharma alias Abdur Rahman
dipindahkan ke Bahra, sebuah kota yang terletak di dekat jalan raya
Makkah-Jeddah. Mandor proyek juga senang mengetahui dirinya telah
memeluk Islam. Sang mandor pun bersikap baik padanya dan kerap
mengulurkan bantuan. “Namun, saya ingin dekat dengan Tuhan,” kata
Rahman. “Saya berdoa kepada Allah agar memindahkan saya ke Makkah.
Alhamdulillah, doa saya dikabulkan. Saya pun dipindahkan ke tempat kerja
yang dekat dengan Masjidil Haram.”
Pulang kampung dan berdakwah
Kini, Abdur Rahman memiliki tugas besar; menyampaikan pesan-pesan Islam
kepada anggota keluarganya. Ia memiliki seorang istri dan dua putra;
tujuh tahun dan 16 enam belas tahun.
Ia pun telah memberitahu keluarganya via
telepon, bahwa dirinya telah memeluk Islam dan menjadi seorang Muslim.
Awalnya, mereka tidak percaya. Istrinya mengatakan akan menentukan sikap
setelah Rahman pulang kampung saat libur nanti. “Tiap hari saya berdoa
dan bermunajat kepada Allah SWT agar membimbing keluarga saya ke jalan
yang lurus, dan melembutkan hati mereka untuk menerima Islam,” kata
Rahman dengan air mata berlinang.
Rahman juga sadar—sebagai bekas pendeta
yang dihormati—akan menghadapi banyak tentangan dari saudara, teman dan
kerabat satu desanya. Namun, ia bertekad menghadapi mereka dengan dakwah
dan hikmah. “Saya yakin Allah akan membantu saya,” ujarnya.
Abdur Rahman juga berpesan kepada semua
orang, “Saya ingin menyampaikan pesan ke seluruh non-Muslim di dunia
untuk menerima Islam, agar mereka selamat di dunia dan akhirat.”
“Dan kepada seluruh umat Muslim,
agar mengikuti dan melaksanakan ajaran Islam seperti yang disampaikan
oleh Rasulullah SAW. Saya mohon, berhenti meniru orang lain!”.
Source: republika.co.id