LAMA tak terlihat di rumahnya, Ny Rajasa rupanya dirawat di rumah sakit. Hampir dua minggu dirawat di RS Bethesda Yogyakarta namun tetangganya tak banyak yang tahu. Guru yang memasuki masa pensiun ini baru diketahui sakit oleh tetangga setelah mobil rumah sakit mengantarnya pulang. Ketika diturunkan dari mobil menuju ke rumahnya, sang ibu beranak tiga ini tak bisa jalan melainkan didorong menggunakan ranjang perawatan.
Sakit apa gerangan? Sang suami pasien menceritakan istrinya terkena penyakit GBS atau Guillain Barre Syndrome. Penyakit ini menyerang imunitas tubuh, dan membuat kelumpuhan otot dalam hitungan jam bahkan membuat otot pernafasan tak bisa bergerak, sehingga paru-paru tidak bisa bekerja optimal bahkan lumpuh.Penyakit ini menyebabkan system kekebalan tubuh kita menjadi kacau.
"Ibu awalnya mengalami kesemutan. Semula sempat dikira stroke namun kok mejalar hingga tubuh terasa lumpuh," kata sang suami ditemui di rumahnya, baru-baru ini.
Penyakit GBS kebanyakan menyerang orang dewasa. Namun, anak-anak pun bisa mengalaminya (2-3% kasus pada anak-anak). Penyebab penyakit ini sampai saat ini belum diketahui tetapi pada banyak kasus sering disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Menurut Spesialis Saraf Anak, Irawan Mangunatmadja dari RSCM, biasanya penyebabnya adalah infeksi virus yang menyebabkan terjadinya inflamasi susunan saraf tepi.
Kondisi GBS juga sering disebut sebagai kondisi lumpuh layu akut. Banyak rumah sakit melaporkan pasiennya mengalami lumpuh layu akut, dan setelah didiagnosis lebih jauh ternyata GBS. Lebih lanjut Irawan mengatakan, dalam perkembangannya apabila pasien dinyatakan sembuh, umumnya akan menimbulkan gangguan dalam hal mobilisasi. Di mana ketika berjalan akan sedikit terganggu sehingga diperlukan sebuah alat bantu.
Gejala pertama dari penyakit ini antara lain kelemahan atau kesemutan di kaki dan dapat menyebar ke lengan dan tubuh bagian atas. Semakin lama semakin meningkat, sampai otot-otot tertentu tidak dapat digunakan sama sekali atau lumpuh keseluruhan.
Diagnosa GBS ini agak sulit dan lama karena seperti kasus umum sehingga harus menelusuri riwayat kesehatan dari fisik maupun tes laboraturium. Dari riwayat penyakit, obat-obatan yang biasa diminum, pecandu alcohol, infeksi-infeksi yang pernah di derita, gigitan kutu. Tidak lupa juga riwayat penyakit yang pernah diderita pasien maunpun keluarga pasien, misalnya diabetes, diet yang pernah dilakukan, semuanya diteliti hingga dokter dapat membuat vonis apakah ya atau tidak anda mengidap penyakit GBS.
Tes labnya pun ada 3 dan berurutan: Darah lengkap, Lumbar Puncture dan EMG (Electromvogram)
Yang paling `menyakitkan' dari penyakit ini dan yang paling memprihatinkan, penyakit GBS merupakan penyakit MAHAL. Penyakit ini bisa diatasi dengan deteksi dini untuk mendeteksi system imunitas apa yang terserang. Bila daya tahan tubuh pasien mengkonsumsi obat (hanya ada 1 macam), Gamamune (Imuno Globuline) yang harganya 1 botolnya mencapat 4-5juta. Obat ini akan diinfuskan ke tubuh pasien dengan takaran sesuai berat badan pasien. Rata-rata per harinya pasien membutuhkan 4-5 botol/hari. Bisa dibayangkan berapa rupiah yan harus dikeluarkan untuk pengobatan penyakit ini.
Sementara berdasarkan data dari Departemen Kesehatan, setiap tahun GBS hanya menyerang 1-2 orang di antara 100.000 orang di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, kasus GBS terakhir yang pernah dilaporkan sudah terjadi lebih dari 10 tahun yang lalu.
Disebutkan pula sekitar 60% kasus, penyebab GBS tidak pernah diketahui. Sementara 40% lagi diduga dipicu oleh infeksi virus atau bakteri. Mirip dengan penyakit Lupus, GBS juga termasuk penyakit autoimun yang menyerang sistem kekebalan tubuh. (Hanan Wiyoko/dari berbagai sumber)