Selamat Datang di www.terapinarkoba.com

Kami berpengalaman menangani KECANDUAN NARKOBA dengan metode MULTI TERAPI Insya Allah kecanduan narkoba dapat di pulihkan dalam waktu relatif singkat, hanya 2 bulan, bukan 6 tahun.
Sudah banyak pasien yang kami tolong, baik dari jawa maupun luar jawa / luar kota

SAKAW dll cepat di pulihkan.

Prosedur Pemulihan kecanduan narkoba bisa RAWAT JALAN dan TERAPI JARAK JAUH pasien tidak harus datang, bisa tetap sekolah, kuliah atau bekerja

SUDAH REHAB TAPI ANDA MASIH KECANDUAN JANGAN RAGU HUBUNGI KAMI


TABIB MASRUKHI,MPA

Telp : 0823 3222 2009


GARANSI >>> klik disini

Catatan : Pecandu Narkoba sangat tergantung dengan peran serta orang tua / keluarga. Karena itu segera lah berobat sebelum semuanya terlambat, kematian atau cacat seumur hidup.

yang perlu di lakukan orang tua terhadap seorang anak pecandu Narkoba ?
1. Bila pecandu ingin Lepas dari ketergantungan narkoba maka segera di obati
2. Bila pecandu belum ada keinginan Lepas dari ketergantungan narkoba maka tetaplah motivasi untuk segera diobati atau setidaknya minum obat ramuan kami dengan harapan pasien merasakan manfaat nya selanjutnya ada kesadaran untuk di pulihkan secara tuntas.

Demikian semoga bermanfaat

SULITNYA MENANGANI PENCANDU NARKOBA- Saat Sakaw, Dokter pun Ngeper

Labels:

Tak mudah berurusan dengan mantan pencandu narkoba.Jika tak bermental baja,bisa-bisa seorang dokter pun merasa kapokberurusan dengan mereka.

Meski berstatus mantan, namun tampilan fisik para pencandu narkoba di RSU dr Soetomo tak berubah.Gaya berpakaian mereka tetap ”sangar”, bahkan banyak yang masih terlihat tattoodi tubuh mereka. Sebagai orang yang pernah menjalani dunia hitam,para pencandu terkadang masih menyisakan karakter keras dan sangarnya.Orang awam,termasuk dokter jiwa sekalipun akan ngeperdibuatnya. Psikiater Departemen Psikiatri RSU dr Soetomo-Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya dr Soetjipto SpKJ mengatakan, dibutuhkan keberanian dan kesabaran ekstra menghadapi para mantan pencandu narkoba.

Menangani pasien yang mantan pencandu, memang lain dengan penanganan pasien biasa.”Cara dan teknik penanganannya berbeda. Mereka lebih unik dari pasien biasa,”ujarnya kemarin. Soetjipto mengaku meski memiliki perangai dan kepribadian keras,mantan pencandu juga memiliki sisi positif. Mereka yang datang ke RSU dr Soetomo adalah pencandu yang tengah menjalani proses rehabilitasi agar terbebas dari jerat narkoba.

Setiap hari,pihaknya memberikan pelayanan termasuk pemberian obat obatan yang meringankan penderitaan.Upaya itu dirasakan berhasil dan membantu membebaskan pencandu dari jerat narkoba.”Mereka ingin sembuh.Karena itu harus dibantu,”ucapnya. Soetjipto mengaku,sampai saat ini sudah puluhan dokter spesialis jiwa mengundurkan diri dari program rehabilitasi bagi pencandu narkoba.Penyebabnya, mereka tidak kuat menghadapi kerasnya dunia pencandu narkoba. Dia menyebutkan,di Jawa Timur ada sekitar 90 dokter spesialis jiwa.Namun sampai saat ini hanya tinggal 10 orang saja yang masih intensif menangani para pencandu narkoba.

”Banyak yang mengundurkan diri karena tidak kuat.Dunia pencandu narkoba memang sangat keras,”ungkapnya. Menurut pria yang fokus menangani pencandu narkoba ini,kondisi semacam ini tidak hanya terjadi di Jawa Timur saja. Di hampir seluruh wilayah Indonesia,banyak juga dokter dan psikiater yang enggan bersentuhan dengan para pencandu narkoba. Dia menyebutkan,di seluruh Indonesia ada sekitar 700 sampai 800 orang dokter dan psikiater yang bisa menangani rehabilitasi pencandu narkoba.Namun yang aktif sampai sekarang tidak sampai 10% saja.

”Penyebabnya sama, dunia pencandu narkoba dinilai terlalu keras.Sehingga mereka memilih mundur,” kata dia. Koordinator East Java Action (EJA),sebuah LSM yang menangani pencandu narkotika, Rudhy Wedhasmara mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Pasalnya,dokter dan psikiater memiliki peran yang sangat vital bagi pemulihan ketergantungan narkoba.”Pelayanan dokter dan psikiater bisa menyelamatkan hidup pencandu dan keluarganya.Kami sangat berterimakasih atas pelayanan yang diberikan selama ini,”ucapnya.

Dia mengakui dunia narkoba memang sangat keras. Para pencandu memang sering kehilangan kendali diri sehingga menunjukan sikap keras terhadap orang lain, bahkan sampai melakukan tindakan-tindakan negatif. Dia mencontohkan,dalam kondisi sakawpencandu yang ingin sembuh akan pergi ke dokter untuk meminta pertolongan. Setelah sampai,ternyata dokter tidak ada atau tengah menangani pasien lain. Dalam kondisi ini,pencandu memang terkadang memaksakan kehendak dan berlaku kasar.

”Apalagi teman-teman yang dari jalanan.Kehidupan sehari-hari mereka memang keras,”ungkapnya. Karena itu,Rudhy berharap agar pemerintah dapat menggalang komitmen para dokter dan psikiater.Misalnya dengan menyiapkan kader-kader tangguh dari dokter dan psikiater. ”Selain kemampuan medis yang mumpuni,kader-kader itu juga memiliki mental yang kuat.Agar dapat bertahan menghadapi kerasnya dunia para pecandu,”harapnya.

Seperti diketahui,di Jatim ada 10 instansi yang ditunjuk sebagai tempat penanggulangan narkoba.Untuk Kota Surabaya adalah RSU dr Soetomo, RSJ Menur, Puskesmas Jagir Surabaya, dan Puskesmas Manukan. Untuk luar Surabaya diantaranya adalah Puskesmas Kendalsari, RSUD dr Syaiful Anwar Malang, RSJ Lawang, dan RSUD dr Soedono Madiun. Disisi lain,Rudy yang juga pegiat HIV/AIDS di Jawa Timur ini mendesak adanya perubahan atau adendum terhadap Keputusan Gubernur No 48/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah (Perda) No 5/2004 tentang Penanggulangan HIV/AIDS.

Rudhy mencontohkan, kekurangan dalam Keputusan Gubernur maupun perda adalah belum ada ketentuan soal penyediaan jarum suntik steril bagi pencandu narkoba.Selama ini penyediaan jarum suntik steril untuk para pencandu masih disediakan oleh lembaga donor.

Padahal jika melihat data dari Komisi Penangulangan AIDS Provinsi (KPAP),penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik tak kalah besarnya dibanding dengan penularan melalui heteroseksual yaitu mencapai 21,3%. Sedangkan penularan tertinggi masih melalui hubungan heteroseksual sebesar 70,1%.

DENY BACHTIAR
Surabaya