Buku itu ditulis oleh Veronica Colondam, yang juga pendiri Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB). Yayasan tersebut bergerak dibidang pencegahan penyalahgunaan narkoba. Veronica mengatakan, YCAB pernah mengadakan penelitian terhadap 613 pecandu di 14 panti rehabilitasi tahun 2001.
Dia menambahkan, “Bahkan 80-90 persen dari mereka ternyata menggunakan narkoba pada saat orang tua berada di rumah atau sedang tidak bekerja.” Orangtua yang fungsional antara lain mampu menyiapkan waktu dan membuka diri berkomunikasi dengan anak.

Berkomunikasi dengan anak menjadi salah satu upaya protektif untuk menghindarkan anak bereksperimen dengan narkoba. “Setiap hari 15 menit saja berkomunikasi dapat melindungi anak,”ujarnya.
Selain itu, orang tua perlu memberikan batasan-batasan secara wajar. Batasan yang wajar tersebut akan menjadi tanda bahwa orang tua peduli, perhatian, serta menyayangi mereka. “Kalau anak dibiarkan sebebas-bebasnya, mereka bisa jadi berpandangan bahwa orang tua tidak peduli dengan mereka,” katanya.
Pola asuh yang bertentangan membuat anak tidak membumi, bingung dan terombang-ambing.”Intinya ialah kasih sayang yang nyata bagi anak,” ujar Veronica. Psikolog yang juga bekerja di bagian Riset YCAB, Paulus Hartanto mengatakan penggunaan narkoba dalam sejumlah kasus, merupakan upaya mencari perhatian. “ Anak menjadi kurang perhatian lantaran Ayah dan Ibu sibuk menyelesaikan permasalahannya sendiri,” ujarnya.
Upaya menjauhkan anak bebas dari narkoba harus sedini mungkin. Veronica mengatakan kelompok terbesar pengguna narkoba adalah usia 15-24 tahun. Mereka umumnya telah menjadi pencadu. Namun, eksperimen menggunakan benda terlarang itu sendiri sebetulnya mulai dilakukan usia 11-12 tahun.
Anak-anak, katanya dijadikan calon konsumen sejak kecil. Jenis yang digunakan tergantung dengan strata ekonomi. Dalam sejumlah kasus terdapat anak mengenal narkoba lewat stiker dan krim yang zatnya terserap lewat kulit. Jenis lainnya pil koplo.
Anak mulai dari soft drug, seperti ganja atau rokok, sebagai pemicu masuk ke narkoba. Anak kemudian menjadi ketagihan lalu beralih ke hard drug misalnya kokain dan heroin. Awalnya anak-anak termotivasi menggunakan zat adiktif tersebut karena penasaran, sekedar eksperimen, dan memiliki masalah dalam berhubungan dengan orang lain, teman, atau keluarga.