Pay memberikan kartu nama Teguh Wijaya.
“Coba deh, Cuma sebentar, minum obatnya cuma 10 hari.”
“Boleh juga nih.”
Kartu nama itu disimpan Kaka. Ya, hanya disimpan. Ada perasaan tak percaya bisa semudah itu Pay sembuh dari ketergantungan narkoba. Untuk memastikannya, seorang kurir dikirim ke rumah Pay untuk mengecek kebenarannya.
Dua bulan dari pertemuan itu, usai manggung di Bali, di tepi pantai, keinginan untuk berhenti muncul dari para personel Slank.
“Kita berhenti yuk, udah masuk milinium baru nih, 2000. Buka suasana baru”.
“Ya udah deh. Gue juga sejak make 1993 itu belum pernah nyoba untuk berhenti. Begitu ada saat, ada moment, ada keberanian, gue berani deh untuk berhenti.”
Mereka ingat kartu nama Teguh Wijaya. Ke sanalah mereka datang untuk berobat. Oleh Teguh Wijaya, Bimbim, Kaka, dan Ivanka diminta menenggak kapsul Khe Ying Ning. Obatnya berbentuk pil kecil-kecil. Mereka harus meminum pil itu empat kali sehari dengan takaran 10 butir sekali minum. Pil itu harus diminum selama 10 hari. Total mereka menelan 400 pil seharga Rp 20 juta. Harga itu masih lebih murah ketimbang jatah narkoba personel Slank yang masing-masing mencapai Rp 1 juta per hari.