KOMPAS.com - Sejak
menuliskan beberapa artikel tentang bahaya penggunaan obat penenang
yang termasuk golongan benzodiazepine saya banyak mendapatkan pertanyaan
dari para pengguna obat ini yang kebetulan adalah penderita gangguan
cemas atau depresi dengan gejala-gejala psikosomatik.
Pertanyaan mereka biasanya adalah “Mengapa dokter saya memberikan obat penenang, apakah aman dimakan dan tidak membuat ketergantungan?”, lalu lebih lanjut mereka bertanya kembali“Mengapa
dokter tidak menyarankan penggunaan Alprazolam, padahal saya baca kalau
obat ini sangat efektif mengatasi kecemasan dan serangan panik?”. Pertanyaan ini kemudian dilanjutkan“Kalau memang dokter tidak menyarankan, mengapa rekan dokter memakai obat golongan ini?”
Pada
artikel ini saya akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang
seringkali datang kepada saya berkaitan dengan penggunaan obat penenang
golongan benzodiazepine terutama yang sangat sering diresepkan seperti
jenis Alprazolam (dijual dengan merek Xanax, Alganax, Zypraz, dll).
Jangka Pendek
Pertama
kali saya ingin menegaskan kembali bahwa tidak semua obat yang
diberikan psikiater adalah obat penenang. Obat penenang sebenarnya hanya
merujuk pada obat yang dulu dinamakan Minor Tranquilizer yang biasanya
merupakan obat-obat penenang golongan benzodiazepine. Obat ini biasanya
dikenal juga dengan sebutan antianxietas/anticemas. Sejak 40 tahun
ditemukan, obat ini memang sangat banyak berguna bagi kondisi pasien
yang mengalami kecemasan. Efektifitasnya yang baik dan keamanannya yang
cukup membuat obat ini sempat menjadi primadona (bahkan sampai saat ini)
diresepkan bukan hanya oleh psikiater tetapi juga oleh semua dokter di
dunia.
Kerjanya yang spesifik pada sistem GABA, suatu sistem di
otak yang bertanggung jawab terhadap kondisi kecemasan memang membuat
obat ini sangat efektif untuk mengatasi kecemasan. Sayangnya dosis yang
awalnya kecil jika tanpa kontrol ketat dari dokter yang memberi obat ini
akan membuat potensi ketergantungan dan toleransi obat tetap ada.
Contoh dalam keseharian adalah Alprazolam. Banyak para pasien yang sulit
melepaskan diri dari obat ini awalnya memakai obat ini untuk terapi
yang disarankan dokter dan dosisnya kecil. Namun karena kurangnya
kontrol dan edukasi dokter yang kurang kepada pasien tentang efek obat
ini, ada kecenderungan kenaikan dosis dipicu oleh keinginan pasien
mendapatkan rasa nyaman yang biasanya mulai menghilang karena efek obat
mulai tidak terasa pada dosis kecil (toleransi).
Rawan Ketergantungan
Beberapa
tahun belakangan ini banyak penelitian menyebutkan bahwa penggunaan
obat golongan ini sudah semakin tidak pada tempatnya dan sering kali
disalahgunakan. Bagi negara-negara eropa dan amerika yang kebanyakan
orangnya terbiasa meminum alkohol, penggunaan obat golongan
benzodiazepine juga menjadi masalah.
Hal ini dikarenakan orang
dengan riwayat penggunaan alkohol yang banyak (pecandu alkohol) lebih
besar kemungkinannya untuk mengalami ketergantungan dan toleransi
(bertambahnya dosis) akibat obat ini. Itulah mengapa hampir di semua
buku teks yang membahas tentang obat golongan benzodiazepine, selalu
diperingatkan akan bahaya ketergantungan yang besar pada pasien dengan
riwayat penggunaan alkohol yang besar. Contoh paling gress adalah
kematian Whitney Houston baru-baru ini.
Untuk mencegah hal ini
sebenarnya yang disarankan adalah jika memang perlu menggunakan obat
penenang maka sebaiknya dipilih obat penenang yang waktu paruhnya
relatif panjang atau menengah. Hal ini karena obat penenang dengan masa
waktu habis di dalam darah yang panjang lebih kurang menimbulkan efek
ketergantungan dan toleransi yang cepat dibandingkan dengan obat yang
dengan waktu paruh pendek/singkat. Contohnya Alprazolam lebih mudah
membuat toleransi atau ketergantungan daripada Diazepam.
Selanjutnya
penggunaan obat ini haruslah dalam pengawasan dokter. Pasien tidak
diperkenankan membelinya sendiri apalagi mencoba-coba dosisnya sendiri.
Walaupun sudah sejak tahun 2009 penjualan obat golongan benzodiazepine
di apotek-apotek diperketat, kenyataannya masih banyak apotek yang masih
mau melayani pembelian obat jenis ini tanpa resep.
Pakailah dosis
optimal terkecil dan dalam jangka waktu yang singkat. Inilah salah satu
cara juga untuk menghindari ketergantungan dan toleransi dalam
menggunakan obat penenang. Pasien biasanya akan dipantau dalam
mengggunakan obat jenis ini dan saran dokter harus diperhatikan dengan
baik. Jika merasa sudah terlalu lama (artinya sudah lebih dari 4
minggu), pasien bisa bertanya kepada dokternya kapan akan segera
dilepaskan dari obat ini.
Sebelum mengakhiri artikel ini saya
hanya ingin menekankan kembali bahwa menurut pendapat saya pribadi yang
diperkuat oleh beberapa tulisan di jurnal ilmiah dan buku teks yang saya
baca, penggunaan obat penenang golongan benzodiazepine adalah bersifat
sementara dan mempunyai peran sebagai obat simptomatik (mengurangi
gejala) pada pasien cemas dan depresi. Pengobatan yang tepat untuk
kasus-kasus depresi dan cemas tidak tergantung pada obat jenis ini.
Semoga membantu
Salam Sehat Jiwa